Tommy Permana: Matinya Demokrasi di Pangkalpinang Dikuasai Elit Politik, Rakyat Harus Lawan!
Pangkalpinangpost.com(PANGKALPINANG )– Suasana politik di Kota Pangkalpinang semakin memanas dengan adanya aksi damai yang dilakukan oleh kelompok Pemuda Pangkalpinang Bersuara pada Kamis siang (29/08/2024) yang tergabung dalam Barisan Relawan Kotak Kosong Kota Pangkalpinang.
Aksi pendaftaran kotak kosong ke KPU Kota Pangkalpinang ini juga dipimpin oleh Tommy Permana. Selain itu ada Eka Mulya Putra, Guru Natsir, M Zen dan Sandi.
Dalam orasinya, Tomi Permana Koordinator Pemuda Pangkalpinang Bersuara, yang menyuarakan kegelisahan masyarakat terhadap kondisi demokrasi di kota yang dikenal dengan sebutan “Kota Beribu Senyuman” ini.
Tommy Permana dengan tegas menyampaikan bahwa kehadirannya dalam aksi damai tersebut bukan untuk mewakili kepentingan pribadi, bukan pula untuk mendukung bakal calon tertentu, melainkan sebagai representasi dari masyarakat yang merasa gelisah dengan mundurnya kualitas demokrasi di negeri ini, khususnya di Pangkalpinang.
Ia menegaskan bahwa dirinya tidak terlibat dalam politik praktis, tetapi hadir sebagai suara masyarakat yang merasa hak-hak demokratis mereka sedang terancam.
“Kami menilai bahwa roda demokrasi di Pangkalpinang hari ini bukan lagi demokrasi milik masyarakat, tetapi telah diambil alih oleh para elit partai politik,” ujar Tommy di hadapan para peserta aksi dan awak media yang hadir di KPU Kota Pangkalpinang.
Pernyataan ini langsung mendapatkan sambutan antusias dari para pemuda & masyarakat yang turut hadir dalam aksi tersebut.
Dalam pidatonya, Tommy mempertanyakan keberpihakan para elit politik yang menurutnya semakin menjauh dari rakyat.
Ia mengajukan sejumlah pertanyaan retoris yang menggambarkan kekecewaan mendalam terhadap kondisi politik di Pangkalpinang saat ini.
“Suara siapa yang mereka dengar? Rakyat mana yang mereka wakilkan? Kepentingan siapa yang mereka dahulukan?” serunya..
Tommy juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap apa yang ia sebut sebagai “persekongkolan” yang sedang dibangun dalam tubuh koalisi partai politik yang mendominasi panggung politik di Pangkalpinang.
Menurutnya, koalisi gemuk yang terbentuk saat ini hanya menciptakan skenario yang dirancang dengan rapi untuk menghasilkan kotak kosong dalam pemilihan kepala daerah di Pangkalpinang.
“Ini adalah skenario politik yang tidak sehat, yang sengaja diciptakan untuk menutup ruang demokrasi bagi rakyat,” tegasnya.
Aksi damai ini, lanjut Tommy, adalah bentuk perlawanan terhadap kondisi demokrasi yang dianggap sudah tidak sehat lagi.
Para peserta aksi membawa berbagai spanduk dan poster yang berisi pesan-pesan penolakan terhadap dominasi elit politik dan mendukung keberadaan kotak kosong sebagai bentuk protes terhadap skenario politik yang sedang dimainkan.
“Kami menolak dengan tegas skenario politik elit yang merugikan rakyat. Aksi ini adalah bentuk penolakan kami terhadap politik yang dimainkan oleh elit-elit di negeri ini,” kata Tommy dengan suara lantang.
Ia juga menyerukan kepada masyarakat Pangkalpinang untuk mendukung kotak kosong dalam pemilihan kepala daerah nanti sebagai simbol perlawanan terhadap praktik politik yang dianggap tidak sehat.
“Mari kita menangkan dan kawal kotak kosong! Hidup kotak kosong!” seru Tommy, yang disambut dengan sorakan semangat dari para peserta aksi.
Aksi damai ini, meskipun berlangsung dengan penuh semangat, tetap berjalan dengan tertib. Tidak ada insiden berarti yang terjadi selama aksi berlangsung.
Namun, pesan yang disampaikan oleh Tommy dan para pemuda Pangkalpinang Bersuara ini tentu menjadi perhatian serius bagi para elit politik di kota tersebut.
Aksi ini menyoroti semakin jauhnya jarak antara elit politik dan rakyat, serta menunjukkan bahwa masyarakat Pangkalpinang tidak akan tinggal diam melihat mundurnya demokrasi di kota mereka.
Dukungan terhadap kotak kosong yang digaungkan oleh para peserta aksi bukan hanya sekadar simbol, melainkan merupakan wujud nyata dari ketidakpuasan masyarakat terhadap arah politik yang diambil oleh para pemimpin partai.
Dengan semangat yang terus berkobar, aksi ini diharapkan dapat menjadi pemicu bagi gerakan-gerakan demokratis lainnya yang memperjuangkan hak-hak rakyat untuk memilih dan menentukan masa depan mereka tanpa campur tangan berlebihan dari elit politik.
Pangkalpinang Bersuara telah memulai langkah pertama dalam perlawanan damai ini, dan mereka berharap masyarakat luas dapat ikut serta dalam perjuangan untuk mengembalikan demokrasi yang sejati di kota mereka. (Jaya/KBO Babel).