Jacob Ereste : Cerita Guru Saya Tentang Iblis, Syetan dan Malaikat Yang Sedang Gaduh Digunjingkan di Indonesia
PANGKALPINANGPOST.COM || Hikmah dari tata kelola negara yang kacau balau — dan terus kisruh dan gaduh — hingga melibatkan iblis dan syaitan — setidaknya yang juga ditengarai oleh seorang Bupati nun jau di seberang pulau sana, sungguh makin meyakinkan bahwa peranan spiritualitas bagi manusia sangat penting dan diperlukan, utamanya bagi manusia Indonesia.
Perseteruan antara Prof. Machfud MD yang sedang menjabat Menko Polhukham lawan Dr. Rizal Ramli justru menambah jumlah makhluk Tuhan lainnya, yaitu Malaikat yang ditengarai bila ikut dalam pemerintahan Indonesia akan menjadi syaitan juga. Hingga tafsir liar pun bergulir, mungkinkah Malaikat yang telah menjadi syaitan atau iblis itu adalah sosok yang ditengarai oleh Bupati yang bergentayangan di Kemenkeu tempo hari itu ?
Tentu saja upaya untuk melakukan penyelidikan untuk makhluk halus itu pasti lebih sulit dari menangkap sejumlah koruptor yang masih tetap melenggang bebas di negeri ini maupun di luar negeri.
Tapi dari geguyon guru spiritual saya ikhwal Malaikat yang didiskreditkan dengan praduga yang bersalah itu, konon katanya langsung rapat terbatas — karena menganggap kondisi dalam keadaan darurat — gerangan Malaikat mana yang telah khianat seperti kebanyakan orang di Indonesia yang riuh mengaku paling Pancasila dan konsisten meneguhi UUD 1945 yang sudah diamandemen sekalipun.
Dalam nada seloroh guru spiritual saya seakan ingin mengatakan rasa ketersinggangan kalangan Malaikat pada umumnya yang diklaim telah membelot dari tugas utamanya untuk menjaga manusia, seperti seharusnya yang dilakukan pula oleh pemerintah negeri kita yang indah dan kaya raya ini. Meski realitasnya orang miskin masih berjuta-juta jumlahnya sampai hari ini.
Lalu iblis, seperti hendak digambarkan oleh guru spiritual saya yang hendak disebutkan identitasnya yang jelas itu, lantaran bukan cuma cuma takut digruduk para Capres dan Cawapres untuk ikut memenangkan pertarungan pada Pemilu 2024 mendatang — tetapi lebih atas pertimbangan etis dan tidak etis, sebab dalam laku spiritual sikap ugahari itu pun menjadi syarat yang pokok.
Karena itu dia sekilas menggambarkan para iblis — utamanya yang pernah gentayangan di Kemenkeu — karena mungkin sudah menggondol amplop yang tebal, pun segera bergabung dalam acara pesta pora, neski hanya ala kedar saja untuk menyambut kedatangan iblis yang baru. Dan berita yang dilansir sejumlah media di Indonesia ini diyakini cukup palit. Bukan hoax. Setidaknya nara sumbernya berasal dari dua orang tokoh sekaliber Rizal Ramli dan Machfud MD.
Pendek cerita, kata guru spiritual saya ini, iblis di Indonesia sedang berpesta pora, dan masih ingin membuat perayaan pesta besar yang lebih besar dan lebih spektakuker dari yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Sebab para iblis di Indonesia merasa telah berhasil melebih reputasi iblis di begeri lain.
Sayangnya, sang guru spiritual saya yang sangat taat dengan laku non duniawi yang dia tekuni, tak punya banyak waktu untuk menceritakan situasi dan kondisi dari para Malaikat yang telah divonis ingkar atau murtad dari misi sucinya, akibat dilibatkan dalam tata kelola pemerintahan yang sudah menyalahi pakem itu. Walhasil, kisah Malaikat yang lagi ratas (rapat terbatas seperti di Istana itu lho), sampai berita ini dilaporkan belum juga rampung. Dan tidak pula dapat dipastikan oleh sang guru spiritual saya yang penuh perhatian dan kehati-hatian ini, katanya dari agenda rapat para Malaikat itu juga tidak dapat dia dipastikan, apakah mereka pun hendak melakukan aksi dan unjuk rasa di Patung Kuda atau Tugu Tani. Sebab guru saya yang sudah sangat tua ini harus segera mendatangi muridnya yang lain.
Saya pun menyesal tak sempat konfirmasi, apakah kondisi dan situasi seperah ini juga terjadi di negeri tetangga juga ?
Setidaknya, apakah benar iblis dan setan memang dominan banyak di negeri kita ?
Dua pertanyaan itu, sesungguhnya merupakan bagian terpenting untuk sebuah narasi investigasi jurnalis yang memenuhi kaidah dari model media online masa kini.
Banten, 6 Januari 2022