PANGKALPINANGPOST.COM (Bangka) -|| Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang dimaksud sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah ini dihasilkan manusia setiap melakukan aktivitas sehari-hari. Permasalahan tentang sampah pun tak asing lagi terdengar di telinga masyarakat, karena hampir di seluruh penjuru dunia mempunyai permasalahan sampah di lingkungan. Salah satu contohnya yaitu banyak sekali masyarakat yang kurang kesadarannya terhadap bagaiamana cara menempatkan sampah. Yang seharusnya sampah itu ditempatkan di tempat yang benar benar untuk pembuangan sampah. Selain itu kita tidak boleh menggabungkan antara sampah organik dan anorganik di dalam satu tempat.
Seperti yang kita ketahui sampah terbagi menjadi 2 jenis yaitu, sampah organik dan anorganik. Sampah organik mempunyai pengertian sendiri yaitu, sampah yang berasal dari makhluk hidup. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari benda tak hidup. Jika sampah organik bisa terurai atau istilahnya ‘biodegradable’, berbeda dengan anorganik yang tidak memiliki sifat biodegradable tersebut yang dilansir dari google.
Permasalahan sampah di Bangka sudah banyak kita temui di pinggir pinggir jalan, terutama di bagian hutan yang masih asri, membuat para penduduk terutama masyarakat Bangka dan pengendara beroda dua dan empat terganggu dengan bau menyengat yang bersumber dari sampah tersebut. Terutama banyak keluhan dari masyarakat yang berdomisili Pangkal Pinang tepatnya di perumahan kompleks. “Kami warga perumahan Graha Artha kaget juga. Selama ini warga membayar retribusi sama pengangkut sampah. Kami berharap ada solusinya dari pihak pemerintah, baik dari dinas kebersihan atau dari pihak kelurahan bisa membantu warga,” ujar Andru yang merupakan salah satu warga perumahan Graha Artha.
Penyebab sampah berserakan di Bangka adalah yang pertama dari kesadaran masyarakat itu sendiri, minimnya kesadaran masyarakat tersebut menyebabkan sampah itu berserakan. Karena, dengan minimnya kesadaran masyarakat, walaupun di beri peringatan dengan tulisan atau poster yang bertuliskan “jangan buang sampah disini” tidak akan membuat masyarakat sadar sepenuhnya, karena hampir dari semua masyarakat berfikir sampah tersebut akan di bersihkan oleh petugas kebersihan. Maka mereka menerapkan sikap acuh tak acuh pada sampah yang berserakan, walaupun nyata nya tidak semua masyarakat memiliki sifat yang sama. Yang kedua adalah, kurang nya sosialisasi kepada masyarakat tentang “Sampah yang Mempunyai Banyak Dampak dari Berbagai Aspek” bukan hanya dengan tema itu saja tapi masih banyak lagi topik yang bisa dibahas untuk sosialisasi tentang Sampah yang berserakan. Yang ketiga, kurangnya sarana prasarana dan TPA yang relatif jauh dari tempat tinggal warga. Sehingga masyarakat lebih memilih lahan kosong atau lahan kebun milik orang lain untuk dijadikan tempat pembuangan sampah.
Dampak dari sampah yang berserakan sangatlah banyak. Mulai dari segi lingkungan, dengan pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya akan mengakibatkan pencemaran udara. Akibat dari sampah yang bertumpukan, maka akan mengundang lalat yang berkerumunan di sampah tersebut dan dari lalat lalat yang berkerumunan di sampah itulah yang akan menyebabkan berbagai penyakit seperi diare dan muntahber yang akan menjangkit pada manusia.
Dari segi polusi udara nya adalah, mengakibatkan para warga disekitarnya dan para pengendara beroda dua dan empat merasa terganggu dengan bau sampah yang menyengat.
Maka, solusi yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa untuk mengurangi sampah yang berserakan adalah dengan cara melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang betapa pentingnya membuang sampah pada tempatnya dan memberitahukan apa saja dampak yang akan terjadi bila membuang sampah sembarangan.
Yang kedua, melakukan program kerja Peduli Lingkungan setiap satu bulan sekali untuk mengurangi sampah sampah yang berserakan. Seperti contoh adalah mahasiswa Stisipol pahlawan 12 yang berkolaborasi dengan MRI atau yang biasa dikenal banyak orang adalah Mahasiswa Relawan Indonesia mereka melakukan kegiatan Peduli Lingkungan dengan cara membersihkan lingkungan di bagian pantai, selain itu mereka juga melakukan program kerja BERIMAN yaitu berbagi makanan kepada masyarakat yang membutuhkan, biasanya dilakukan setiap hari Jumat. Dan yang terakhir adalah mahasiswa dapat mengajak masyarakat untuk menerapkan hasil sosialisasi yang telah mahasiswa sampaikan, terutama mengajak masyarakat untuk memanfaatkan bahan bekas yang akan di jadikan tempat sampah seperti ember bekas, dan di setiap bagian depan ember dapat di namai sampah organik dan anorganik agar masyarakat bisa membedakannya. Bukan hanya itu, mahasiswa juga dapat berperan untuk mengajak masyarakat memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk, dan untuk sampah anorganik sendiri dari mulai plastik dan jenis lainnya dapat di kumpulkan dan untuk di manfaatkan dalam pembuatan kerajinan.
Dalam pembuatan kerajinan itu sendiri tentu mahasiswa perlu sumber daya manusia, maka dari itu kita sebagai mahasiswa dapat mengajak masyarakat untuk berpatisipasi dalam pembuatan kerajinan dari sampah anorganik tersebut, agar antara mahasiswa dan masyarakat saling mendapat dampak positif dari kegiatan tersebut.
Dengan demikian, hasil kerajinan yang dibuat bersama masyarakat dapat di simpan di galeri galeri, dan apabila ada kegiatan pameran maka hasil kerajinan tersebut dapat dipamerkan dan dipasarkan. Jadi, sampah anorganik pun dapat menghasilkan peluang bisnis. Selain mahasiswa berperan memberantas kan masalah sampah, mahasiswa juga membantu mengangkat permasalahan pengangguran yang ada, setidaknya dari kegiatan sosialisasi mengenai permasalahan sampah, kita dapat menghasilkan hal hal yang lebih berguna seperti pemakaian pupuk dari sampah organik dan pemanfaatan sampah anorganik menjadi kerajinan.
Maka dari itu, dampak dari kita peduli terhadap sampah yang berserakan adalah terhindar dari pencemaran lingkungan, terutama pada polusi udara dan membuat lingkungan yang kita tinggali nyaman dan terhindar dari bau sampah yang menyengat. (*)
Penulis: Revirna Zelvi
Mahasiswi Stisipol Pahlawan 12 Sungailiat
Prodi Ilmu Administrasi Negara