Kode Alam Tentang Kota Pangkalpinang

Opini Oleh Achmad Ferdy Firmansyah

Ramai dan hangat di perbincangkan dan diperdebatkan nasib kota Pangkalpinang kedepannya lantaran pesta Demokrasi Pemilihan kontestasi kepala daerah terjawab sudah dan hanya menawarkan “Calon Tunggal”. Gambaran ini sudah sangat jelas ternyata salah satu buah reformasi yakni Pemilihan Kepala Daerah yang diharapkan sangat Demokratis ternyata justru semakin tidak Demokratis.

Fenomena Calon Tunggal dan Kotak Kosong ini justru lebih buruk atau tidak ada masa depan yang cerah disuatu daerah jika di tarik kebelakang sebelum reformasi mengingat biaya penyelenggaraan yang dianggarkan begitu besar pada pemilihan kepala daerah tersebut hanya menghasilkan proses politik yang tidak edukatif dan kompetitif.

Alangkah lebih baik jika besarnya anggaran biaya pemilukada yang berasal dari uang rakyat itu di peruntukan untuk kebutuhan atau fasilitas publik disuatu daerah.

Kemudian Calon Tunggal yang dimaksud tersebut seandainya menjadi kepala daerah juga belum tentu mampu melayani hak – hak publik untuk hidup layak dan sebagainya sesuai dengan keinginan kita hidup bernegara, berbangsa dan bermasyarakat dengan kekuasaan dan kewenangan nya nanti.

Tetapi menarik untuk di terawangi terkait kondisi politik di kota Pangkalpinang ini dengan fenomena Calon Tunggal dan Kotak Kosong, dimana tersadarkah atau tidak sebagai warga kota Pangkalpinang ternyata ada “Kode Alam” yang mendeskripsikan sosok figur pemimpin atau kepala daerah yang sejati yang bisa menghantarkan Kota Pangkalpinang menyandang Negeri yang “Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghofur” dan sosok itu bersemayam didalam Kotak Kosong tersebut akibat rusaknya mekanisme kita menghadirkan sosok pemimpin sejati.

Musyawarah mufakat yang terindikasi jahat atau kongkalingkong dari para elit politik di daerah memaksa sosok figur kepala daerah yang tulus mencintai negerinya dan ingin mengabdi untuk masyarakat nya terpaksa/ dipaksa tidak dimunculkan kepermukaan atau disembunyikan wujud nya karena sangat berbahaya dan mengancam para kelompok elit di panggung ekonomi dan politik di suatu daerah.

Dalam konteks spiritual “Wali Allah” itu lah sejatinya pemimpin disebuah negeri bukan walikota, lalu siapa “Wali Allah” atau Walikota sejati yang sebenarnya itu di era kehidupan modern dengan nuansa kehidupan hiruk pikuk sebuah kota ini? maka jawaban itu ternyata di miliki oleh orang-orang sabar yang selalu tertindas dari kekotoran, kebusukan dan kekejaman jalannya menuju kepemimpinan sejati seperti yang dialami para Nabi dan para Wali dalam menuntun hidup manusia untuk memperoleh keselamatan hidup di dunia dan akhirat sebagai mana firman Allah dalam Al-Qur’an Surah As-Sajdah ayat 24 “Allah SWT menjadikan pemimpin-pemimpin di kalangan Bani Israel yang mengikuti petunjuk-Nya.” Pemimpin-pemimpin tersebut diberi petunjuk dengan perintah Allah SWT selama mereka sabar.

Semoga bermanfaat dan merangsang kita untuk mampu membedakan antara hak dan bathil atau Terang dan Gelap atau Hitam dan Putih dalam menjalankan kehidupan ini termasuk menentukan seorang pemimpin (Kepala Daerah)

Jum’at, 30 Agustus 2024

Comments (0)
Add Comment