Gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual adalah ajakan untuk menjalani hidup dan kehidupan dengan cara aharan dan tuntunan Tuhan atau yang lebih gampang dipahami dengan etik profetik.
Adapun arti dari etik profetik itu secara ganpang adakah tuntunan atau ajaran para Nabi yang mendapat petunjuk langsung dari Tuhan dan diajarkan kepada agama-agama dengan segenap ummatnya yang percaya mengikuti dan mentaatinya.
Jadi etik prifetik itu bisa dipahami sebagai tuntunan para Nabi untuk berbuat kebaikan dk muka bumi ini, baik kroada Tuhan itu sendiri, terhadap sesama manudia serta kepada alam dan seisinya. Seperti semua agama yang ada melarang manusia membuat kerusakan dari tata harmoni alam dan kehidupan manusia untuk saling menyayangi, mengasihi dan menjaganya.
Pengasih dan penyayang dalam terminologi Islam menjadi pegangan utama dalam mengawali segala aktivitas atau saat mulai melakukan suatu pekerjaan. Bismillahhi rachmanir rochim itu jelas artinya atas Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Dalam keyakinan Kristen dimaknai dengan Cinta dan kasih Yesus Kristus yang rela melakukan penebusan dosa. Demikian dalam agama dari langit yang lain, selalu mengajarkan ikhwal segala kebaikan-kebaikan yang harus dilakukan dan melarang perbuatan jelek atau jahat dalam bentuk apapun.
Jadi etik profetik yang dipopulerkan oleh tokoh dan pemikir Islam — seperti Prof.Dr. Kuntowijoyo dari Yogayakarta, Indonesia — perlu dibangkitkan oleh semua tokoh agama labgit — tanpa kecuali karena tuntunan dan ajaran para Nabi itu semua bersifat universal sebagaimana amanah Islam dari makna rachmatan lil alamin itu. Lalu sapaan assalamu alaikum warahmattullahi wabarakaruh pun, semakin membumi dan acap digunakan oleh para non Muslim dengan penuh perasaan yang hidmat. Terlepas dari setuju atau tidak untuk disahuti oleh pihak yang lain dengan sambutan yang penuh kehangatan yaitu, wa’alaikummus salam.
Etik profetik sebagai bekal menuju rumah Tuhan memang menjadi prasyarat utama dari kajian GMRI (Gerajan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang diwariskan oleh Gus Dur versama Susuhunan Paku Buwono XII dan KH. Prof. Dr (HC). Drs. Muhamad Habib Chirzin serta tokoh nasional lainnya yang kini dipegang dan diteruskan oleh Sri Eko Sriyabto Galgendu sebagai Wali Spiritual Nusantara yang kemudian sepakat bersama sahabat dan kerabat spiritual Indonesia membentuk Posko Negarawan agar dapat lebih mempermudah sosialisasi dalam membumikan spiritual — yang diyakini sebagai ruh dari suku bangsa Nusantara yang bersepakat sejak Proklamasi Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 berhimpun dalam Negara Kesatuan Republik Indobesia.
Adapu perlunya etik profetik itu diteguhi oleh segenap warga bangsa Indonesia supaya segenap langjah, tindakan serta perbuatan sebantiasa berada dalam etika yang dituntunkan para Nabi sebagai utusan terpercaya dari Allah SWT itu, agar manusia bisa selamat walafiat di dunia dan di akhirat, tanpa melakukan kerusakan di bumi, baik untuk bumi itu sendiri maupun untuk tatanan lain yang tidak memberi manfaat baik bagi manusia. Apalagi untuk hal-hal yang buruk, merusak atau merugikan manusia yang lain.
Perlunya kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual bagi bangsa Indonesia hari ini, karena untuk mencegah kerusakan yang sedang terjadi supaya tidak semakin parah. Idealnya, tentu saja semua perilaku yang meusak itu — baik fisik maupun non fisik sifatnya — bisa segera dihentikan, sebab kita tidak boleh mewariskan kerusakan, kebobrokan atau bahkan sikap kebrengsekan hari ini untuk hari esok para genetasi penerus babgsa dan negara ini.
Oleh karena itu, Posko Negarawan sangat relevan dibangun untuk siapa saja mereka yang perduli pada negara ini supaya tidak sampai ambruk oleh perbuatan dan keculadan generasi kita hari ini yang semakin abai pada generasi pewaris hari esok dari begeri ini.
Dari Posko Negarawan diharap muncul dan tampil tokoh-tokoh negarawan yang menaruh perhatian dan kepedulian pada kejayaan negara Indonesia yang sepatutnya lebih hebat dan lebih unggul dari kerajaan Sriwijaya maupun Majalahit yang pernah berjaya pada masa silam. Dan Indonesia — sebagai negara yang meberuskan warisan kejayaan para keluhur bangsa Indonesia hari ini harus lebih unggul dan lebih baik peradaban maupun nilai-nilai kebangsaannya. Sebab bangsa Indonesia patut menjadi rujukan, panutan dan memimpin peradaban dunia di mulai hari ini dan seterusnya di dunia yang juga memiliki referensi banyak tentang akherat.
Atas dasar itulah, relevansi dari gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual memiliki korelasi langsung antara GMRI dengan Posko Negarawan yang sedang bertunbuh dan akan terus tersemai di segenap pelosok tanah air hingga kelak sampai waktunya akan menginternasional juga.
Banten, 16 Februari 2023